11.05.2014

1st Summit. Merbabu via Wekas. Perjalanan belajar menghargai kehidupan.



Mungkin kalian tidak dapat melihat bahwa aku benar-benar bersyukur saat itu

Jaman sekarang. Siapapun bisa naik gunung. Beberapa ngikutin trend yang lagi jalan sekarang. Ngga bermaksud nge-judge sih ya. Reality nya sih begitu hehe. Tapi, InsyaAllah buat aku, aku naik gunung bukan tentang trend. Tapi di ajakin temen-temen. Wahaha ngga deng. Sejak semester I udah niat naik gunung, kudu, entah kapan bakalan terealisasi pasrahkan kepada Tuhan YME. Ditambah musibah, saat itu punya pacar yang over protektif, yang bahkan cuma mau touring sama anak-anak kelas ke Bromo aja kaga dibolehin (oke curhat sedikit). Walhasil mending kaga kemana-mana. Males ribut. 

Mulai memasuki semester 5 sering mimpiin pendakian ke gunung. Tereeeeengggg mungkin itu adalah panggilan alam. Dan berkesempatanlah aku melakukan pendakian pertama pada tanggal 27 September 2014 yaitu ke Gn. Merbabu via Wekas. Bersama teman-teman lawas (kopet,kiki,ana,koyor,mas tobel) yang benar-benar lawas, memacu sepeda motor menuju Desa terakhir di kaki Gn. Merbabu. Berangkat dari Yogyakarta pukul 10 pagi. Sampai di Basecamp Wekas pukul 12 siang. Makan-Solat kemudian berdoa agar kembali ke rumah dengan selamat. Memulai pendakian pukul 1.30 siang. Berjalan perlahan tapi pasti. Karena kecepatan mu berjalan adalah tidak penting, yang penting adalah seberapa lama kamu mampu berjalan. (kata-kata bijak barusan adalah hasil copas hehehe). 

Sampailah kita di Pos 3. Beberapa pendaki mendirikan tenda di lokasi ini. Kami hanya menikmati Gn. Merapi sambil mengabadikan matahari tenggelam dalam diamnya. (wusss). Melanjutkan perjalanan. Yang kami tau hanya terus berjalan sampai pukul 10. Dan sampailah kami di Pos 4 bayangan, kami menyebutnya begitu -hehehe-. Mendirikan tenda, memasak indomi. Kemudian istirahat. Alhamdulillah bawa sleeping bag. Tapi dinginnya tetep nusuk. Tapi ada kamu. Hehehehe. Terimakasih malam itu. Tertidur lelap di dekapanmu. Dan tereng tereeeeenggggg sudah pukul 3 pagi. Bangun dulu gan. Tantangan terbesar mendaki gunung bukan masalah trek yang berat, buat seorang mahasiswi teknik seperti aku ini tantangan terbesar adalah bangun dengan keadaan kedinginan. But must out of comfort zone. Alias kudu dihadapi kalo kamu pengen menikmati indahnya perpindahan gelap menuju terang. YUK SEMANGAT. Always suggest diri sendiri lalu bikin minuman hangat biar makin semangat.

 Berjalan terus tanpa tau kapan berhenti. Daaaannnn bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian adalah benar adanya. SubhanAllah kuucapkan dalam hati.
 Setelah itu aku menikmati lelapnya tidur berselimut cahaya matahari pagi. Walaupun hangat, tetap membuat wajahku makin gosong saja. Hehehe. Curhat maneeh. 

SubhanAllah
Pelajaran yang didapat adalah; Jangan pernah sombong, karena hanya mendaki satu gunung-Nya saja kita sudah hampir tak berdaya. Bagaimana bila harus menciptakan yang sama dengan ciptaan-Nya itu? Sehingga sadarlah, bahwa tunduk pada setiap perintah-Nya adalah jalan satu-satunya untuk bisa dikatakan bersyukur dan meraih kebahagiaan yang sejati. – Unknown-
Seperti kutipan di bawah ini ;
Semakin banyak gunung yang telah kita daki maka akan semakin besar kesombongan yang ada dalam diri, dan perjalanan sesungguhnya adalah bagaimana kita menaklukkan kesombongan itu
– Catatan Pendaki Gunung




Untuk saya, mendaki gunung cukup menjadi kenangan. Ketika menulis cerita ini, saya meniatkan diri bahwa pendakian saya adalah untuk menghargai kehidupan.

  Salah satu pelajaran berharga yang didapat ketika mendaki gunung kali ini adalah ; Cintailah kedua orang tuamu. Terutama Ibu mu yang selalu bangun lebih pagi dari mu. Membuat sarapan yang bahkan sarapannya malah lebih mewah dari ini yang malah tidak sempat kau habiskan ketika tergesa-gesa berangkat sekolah.
 
ini adalah mi instant ft roti tawar
Menemukan kutipan ini sebelum pendakian. Seperti mendapat sebuah amanah. Yuk, jangan cuma mau menikmati indahnya gunung saja, bawa turun sampahmu adalah salah satu cara mencintainya.
Take nothing but pictures
Leave nothing but footprint
Kill nothing but time


Aryani Tyas.
20 tahun.
Mahasiswi Teknik.
Sedang belajar menghargai hidup.

5  Nov 10;41 PM. 

Tidak ada komentar: